Benvido

Selasa, 23 November 2010

Tenis Tak Sepopuler Bulutangkis di Tanah Asia


Bukan berarti tidak menyenangkan walau tidak begitu disenangi. Inilah yang terjadi pada olahraga tenis di tanah asia, terutama Indonesia. Lapangan tenis memang sudah banyak di Indonesia, yang menggunakannya pun banyak. Tetapi mengapa popularitasnya kalah dengan bulutangkis?

Tanah Asia memang tidak terkenal dengan pemain tenisnya. Pemain bulu tangkis justru kebalikannya. Dari Asia, atlet-atlet berprestasi banyak terlahir dari cabang bulutangkis, seperti Susi Susanti dari Indonesia, Lin Dan dari Cina, atau Lee Chong Wei dari Malaysia. Ketiganya telah memberikan kontribusi bagi negaranya masing-masing. Susi Susanti mendapatkan emas pertama dalam ajang Olimpiade di Barcelona pada tahun 1992. Lin Dan menjadi pemain bulu tangkis nomor satu di dunia selama bertahun-tahun meski sempat dikalahkan Lee Chong Wei satu kali.  

Bulutangkis tetap populer di Indonesia meski prestasinya sekarang menurun dan lebih banyak dikalahkan oleh para pemain Cina. Setidaknya nama Indonesia masih tetap harum di ranah internasional dalam cabang bulutangkis. Prestasi pebulutangkis Indonesia masih tetap dianggap baik. Tak aneh jika orang-orang Indonesia lebih menyuarakan sorak-soraknya untuk pemain bulutangkis dibanding pemain tenis. Euforia ini dibawanya hingga ke dalam diri masing-masing yang pada akhirnya ikut berpartisipasi lewat permainan yang dilakukannya. Kemeriahan ini yang membangun semangatnya untuk ikut belajar bermain bulutangkis agar dapat sukses selayaknya atlet-atlet yang sudah lebih dulu berkiprah di dunia bulutangkis. Adanya atlet-atlet yang berjaya ini mengakibatkan banyaknya sumber daya manusia yang siap melahirkan pebulutangkis-pebulutangkis baru yang mewarisi seluruh keahlian-keahlian yang tidak dimiliki oleh negara bahkan benua lain.

Meski tidak populer, tenis masih tetap hidup di Indonesia. Masih banyak orang-orang yang peduli pada olahraga ini. Lagipula, tenis bukan termasuk olahraga yang terbelakang. Hanya saja tidak begitu populer. Kebanyakan, tenis tidak diperkenalkan sejak kecil. Kemeriahannya pun tidak terlalu terlihat. Mungkin karena atletnya juga tidak banyak memiliki prestasi di ranah internasional.

Tidak banyak bukan berarti tidak memiliki. Indonesia memiliki beberapa atlet tenis berprestasi yang pernah ikut pada beberapa ajang internasional, seperti Yayuk Basuki yang pernah mencapai babak perempat final Wimbledon pada tahun 1997. Namun, kemeriahannya tidak terasa. Tenis juga tidak dimainkan oleh orang Indonesia kebanyakan. Mungkin karena peraturannya yang tidak banyak dimengerti oleh orang Indonesia. Apalagi tenis lebih dikenal sebagai olahraga yang elit. Tenis lebih populer di negara-negara Eropa. Kebalikan dari bulutangkis. Sama halnya dengan bulutangkis di Asia, tenis yang lebih berprestasi di Eropa, kemeriahannya lebih dirasakan di Eropa. Begitupun dengan sumber daya manusia yang mengembangkan cabang olahraga ini. Kasarnya, kalau mau belajar bulutangkis, lebih baik ke Asia. Kalau ingin belajar tenis, lebih baik ke Eropa./ Ihda Fadila


1 komentar:

Dua Petualang mengatakan...

nice post, ihda
ada baiknya per paragrafnya nggak terlalu banyak kalimatnya supaya pembaca lebih mudah membacanya

Posting Komentar