Benvido

Selasa, 23 November 2010

Satu Emas dan Keberanian

Fotografer : Lars Baron

Indonesia, Menyimbolkan Garuda sebagai lambang Negara dan warna merah putih menjadi bendera, dari Sabang sampai Merauke dan dari P. We hingga P. Roti merupakan cakupan territorialnya. Indonesia juga termasuk Negara yang mempunya penduduk cukup banyak di dunia. Walaupun tidak sebanyak China.
China dan Indonesia, merupakan kedua Negara yang saling bersaing di dunia Bulutangkis, setidaknya sampai pada awal tahun 2000-an Indonesia masih dapat bersaing sangat ketat dengan China. Namun, Lambat laun China seperti Sprint meninggalkan Indonesia dalam masalah gelar-gelar di berbagai kompetisi. Bukan berarti Indonesia tidak berprestasi, prestasi Indonesia belakangan ini pun ada, hanya prestasi yang diiraih terus menurun bila dibandingkan tahun 1990-an. Bahkan untuk tim putri sudah mulai menurun sejak awal 2000-an setelah masanya Susi Susanti dkk telah berakhir.
Pada Asian Games ke-16 di Guangzhou, China, Indonesia mendapatkan empat medali di bulutangkis. Satu medali emas yang disumbangkan ganda putra Markis Kido dan Hendra Setiawan, tiga perunggu yang disumbangkan oleh Ganda putra Alvent  Y/ M. Ahsan, beregu putra dan beregu putri. menurut manajer tim Indonesia, Jacob Rusdianto, perolehan satu emas ini sudah mencapai target.  Menurutnya walaupun sudah memenuhi target awal tapi PBSI akan tetap melakukan evaluasi (Kompas.com).
Jika dibandingkan dengan Asian Games 2006 , tim bulutangkis Indonesia juga mendapatkan empat medali dengan satu emas, satu perak dan satu perunggu. Berarti dengan demikian dapat ditarik kesimpulan target di Asian Games untuk cabang bulutangkis tidak ada peningkatan.
Kemudian, bila dibandingkan dengan Asian Games 2002, Indonesia meraih 5 medali dengan rincian satu medali emas, satu medali perak dan tiga medali perunggu.  Lalu, prestasi pada Asian Games 1998 pun melampaui target untuk Asian Games yang sekarang. Pada saat itu Indonesia berhasil meraih dua emas, dua perak dan dua perunggu. Jika dilihat dari data prestasi Asian Games prestasi bulutangkis memang terus menurun.
Permainan China pun semakin berkembang cukup pesat, sementara perkembangan di Indonesia cukup lambat karena banyaknya masalah – masalah di luar teknis. Bahkan, beberapa tahun lalu banyak pemain yang menyatakan mundur dari pelatnas. Ini harus menjadi catatan penting untuk PBSI. Apakah yang menyebabkan hal tersebut, lalu bagaimana cara mengembangkan pemain yang tersisa notabenenya pemain yang masih berumur muda untuk tampil di kelas internasional mengahadapi pemain senior seperti Lin Dan atau Peter Gade.
Setelah melihat target untuk Asian Games sekarang tampak Indonesia seperti ‘Kucing Ompong’ yang tidak berani mengambil target yang tinggi. Satu emas untuk kemampuan tim bulutangkis Indonesia tidak cukup memotivasi para pebulutangkis Indonesia untuk maksimal. Seharusnya ada langkah berani dengan menargetkan menyapu bersih seluruh emas yang ada di cabang ini. maka, setidaknya setengahnya akan di raih.
Berani, kunci untuk berhasil dan jangan mudah takut karena melihat lawan lebih superior. Superior dalam lapangan tercipta hanya sekali tidak seterusnya karena berbagai hal masih bisa terjadi. Mungkin bisa menang atau kalah, satu hal penekanan adalah berani./ Surya Rianto

1 komentar:

Dua Petualang mengatakan...

nice post, Surya
menarik dan aktual
EYDnya lebih diperhatikan lagi yaa, terutama penggunaan huruf kapital

Posting Komentar